Random things I found on the internet, collected in an online binder.

Posts tagged “shalat

Jenis-Jenis Shalat Sunnah

1. Shalat Wudhu, yaitu shalat sunnah dua rakaat yang bisa dikerjakan setiap selesai wudhu. Niatnya: “Ushalli sunnatal wudlu-I rak’ataini lillahi Ta’aalaa”. Artinya : “Aku niat shalat sunnah wudhu dua rakaat karena Allah”.

2. Shalat Tahiyatul Masjid, yaitu shalat sunnah dua rakaat yang dikerjakan ketika memasuki masjid, sebelum duduk untuk menghormati masjid. Rasulullah bersabda “Apabila seseorang diantara kamu masuk masjid, maka janganlah hendak duduk sebelum shalat dua rakaat lebih dahulu” (H.R. Bukhari dan Muslim). Niatnya: “Ushalli sunnatal Tahiyatul Masjidi  rak’ataini lillahi Ta’aalaa”. Artinya : “Aku niat shalat sunnah tahiyatul masjid dua rakaat karena Allah”.

3. Shalat Dhuha. Adalah shalat sunnah yang dikerjakan ketika matahari baru naik. Jumlah rakaatnya minimal 2 dan maksimal 12. Dari Anas berkata Rasulullah “Barang siapa shalat Dhuha 12 rakaat, Allah akan membuatkan untuknya istana disurga” (H.R. Tarmiji dan Abu Majah). Niatnya: “Ushalli sunnatal Dhuha rak’ataini lillahi Ta’aalaa”. Artinya : “Aku niat shalat sunnah dhuha dua rakaat karena Allah”.

4. Shalat Rawatib. Adalah shalat sunnah yang dikerjakan mengiringi shalat fardhu. Shalat Rawatib terdiri dari:

a) Qabliyah, adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat wajib. Dikerjakan 2 rakaat sebelum shalat subuh, 2 rakaat sebelum shalat Dzuhur, 2 atau 4 rakaat sebelum shalat Ashar, dan 2 rakaat sebelum shalat Isya’. Niatnya:  “Ushalli sunnatadh Dzuhri*  rak’ataini Qibliyyatan lillahi Ta’aalaa”. Artinya : “Aku niat shalat sunnah sebelum dzuhur dua rakaat karena Allah”.

b) Ba’diyyah, adalah shalat sunnah rawatib yang dikerjakan setelah shalat fardhu. Waktunya : 2 atau 4 rakaat sesudah shalat Dzuhur, 2 rakaat sesudah shalat Magrib dan 2 rakaat sesudah shalat Isya. Niatnya: “Ushalli sunnatadh Dzuhri*  rak’ataini Ba’diyyatan lillahi Ta’aalaa”. Artinya : “Aku niat shalat sunnah sesudah  dzuhur dua rakaat karena Allah”.

* disesuaikan dengan shalat wajib yang akan dikerjakan.

5. Shalat Tahajud, adalah shalat sunnah pada waktu malam. Sebaiknya dilakukan lewat tengah malam dan setelah tidur. Minimal 2 rakaat atau maksimal sebatas kemampuan kita. Keutamaan shalat ini, diterangkan dalam Al-Qur’an. “Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ketempat yang terpuji” (Q.S. Al Isra : 79 ). Niatnya: “Ushalli sunnatal tahajjudi  rak’ataini lillahi Ta’aalaa”. Artinya : “Aku niat shalat sunnah tahajjud dua rakaat karena Allah”.

6. Shalat Istikharah, adalah shalat sunnah dua rakaat untuk meminta petunjuk yang baik, apabila kita menghadapi dua pilihan, atau ragu dalam mengambil keputusan. Sebaiknya dikerjakan pada 2/3 malam terakhir. Niatnya: “Ushalli sunnatal Istikharah  rak’ataini lillahi Ta’aalaa”. Artinya : “Aku niat shalat sunnah Istikharah dua rakaat karena Allah”.

7. Shalat Hajat, adala shalat sunnah dua rakaat untuk memohon agar hajat kita dikabulkan atau diperkenankan oleh Allah SWT. Minimal 2 rakaat atau maksimal 12 rakaat dengan salam setiap 2 rakaat. Niatnya: “Ushalli sunnatal Haajati  rak’ataini lillahi Ta’aalaa”. Artinya : “Aku niat shalat sunnah hajat dua rakaat karena Allah”.

8. Shalat Mutlaq, adalah shalat sunnah tanpa sebab dan tidak ditentukan waktunya, juga tidak dibatasi jumlah rakaatnya. “Shalat itu suatu perkara yang baik, banyak atau sedikit” (Al Hadis). Niatnya: “Ushalli sunnatal rak’ataini lillahi Ta’aalaa”. Artinya : “Aku niat shalat sunnah dua rakaat karena Allah”.

9. Shalat Taubat, adalah shalat sunnah yang dilakukan setelah merasa berbuat dosa kepada Allah SWT, agar mendapat ampunan-Nya. Niatnya: “Ushalli sunnatal Taubati  rak’ataini lillahi Ta’aalaa”. Artinya : “aku niat shalat sunnah taubat  dua rakaat karena Allah”.

10. Shalat Tasbih, adalah shalat sunnah yang dianjurkan dikerjakan setiap malam, jika tidak bisa seminggu sekali, atau paling tidak seumur hidup sekali. Shalat ini sebanyak empat rakaat, dengan ketentuan jika dikerjakan pada siang hari cukup dengan satu salam, Jika dikerjakan pada malam hari dengan dua salam. Cara mengerjakannya:
a) Niat : “Ushalli sunnatan tasbihi raka’ataini lilllahi ta’aalaa”. Artinya : “Aku niat shalat sunnah tasbih dua rakaat karena Allah”.
b) Usai membaca surat Al Fatehah membaca tasbih 15 kali
c) Saat ruku’, usai membaca do’a ruku membaca tasbih 10 kali
d) Saat ‘itidal, usai membaca do’a ‘itidal membaca tasbih 10 kali
e) Saat sujud, usai membaca doa sujud membaca tasbih 10 kali
f) Usai membaa do’a duduk diantara dua sujud membaca tasbih 10 kali
g) Usai membaca doa sujud kedua membaca tasbih 10 kali

Jumlah keseluruhan tasbih yang dibaca pada setiap rakaatnya sebanyak 75 kali. Lafadz bacaan tasbih yang dimaksud adalah sebagai berikut: “Subhanallah wal hamdu lillahi walaa ilaaha illallahu wallahu akbar”, artinya : “Maha suci Allah yang Maha Esa. Segala puji bagi Allah, Dzat yang Maha Agung”.

11. Shalat Tarawih,  adalah shalat sunnah sesudah shalat Isya’ pada bulan Ramadhan. Menegenai bilangan rakaatnya disebutkan dalam hadis. “Yang dikerjakan oleh Rasulullah saw, baik pada bulan ramadhan atau lainnya tidak lebih dari sebelas rakaat” (H.R. Bukhari). Dari Jabir “Sesungguhnya Nabi saw telah shallat bersama-sama mereka delapan rakaat, kemudian beliau shalat witir.” (H.R. Ibnu Hiban)

Pada masa khalifah Umar bin Khathtab, shalat tarawih dikerjakan sebanyak 20 rakaat dan hal ini tidak dibantah oleh para sahabat terkenal dan terkemuka. Kemudian pada zaman Umar bin Abdul Aziz bilangannya dijadikan 36 rakaat. Dengan demikian bilangan rakaatnya tidak ditetapkan secara pasti dalam syara’, jadi tergantung pada kemampuan kita masing-masing, asal tidak kurang dari 8 rakaat. Niat shalat tarawih : “Ushalli sunnatan Taraawiihi rak’ataini (Imamam/makmuman) lillahi ta’aallaa”. Artinya : “Aku niat shalat sunat tarawih dua rakaat (imamam/makmum) karena Allah”.

12. Shalat Witir, adalah shalat sunnat mu’akad (dianjurkan) yang biasanya dirangkaikan dengan shalat tarawih, Bilangan shalat witir 1, 3, 5, 7 sampai 11 rakaat. Dari Abu Aiyub, berkata Rasulullah “Witir itu hak, maka siapa yang suka mengerjakan lima, kerjakanlah. Siapa yang suka mengerjakan tiga, kerjakanlah. Dan siapa yang suka satu maka kerjakanlah”(H.R. Abu Daud dan Nasai). Dari Aisyah : “Adalah nabi saw. Shalat sebelas rakaat diantara shalat isya’ dan terbit fajar. Beliau memberi salam setiap dua rakaatdan yang penghabisan satu rakaat“ (H.R. Bukhari dan Muslim). Niat shalat witir: “Ushalli sunnatal witri rak’atan lillahi ta’aalaa”. Artinya : “Aku niat shalat sunnat witir dua rakaat karena Allah”.

13. Shalat Hari Raya, adalah shalat Idul Fitri pada 1 Syawal dan Idul Adha pada 10 Dzulhijah. Hukumnya sunat Mu’akad (dianjurkan). ”Sesungguhnya kami telah memberi engkau (yaa Muhammad) akan kebajikan yang banyak, sebab itu shalatlah engkau dan berqurbanlah karena Tuhanmu – pada Idul Adha – ”(Q.S. Al Kautsar.1-2) Dari Ibnu Umar “Rasulullah, Abu Bakar, Umar pernah melakukan shalat pada dua hari raya sebelum berkhutbah.”(H.R. Jama’ah).

Niat Shalat Idul Fitri : “Ushalli sunnatal li’iidil fitri rak’ataini (imamam/makmumam) lillahita’aalaa”. Artinya : “Aku niat shalat idul fitri dua rakaat (imam/makmum) karena Allah”.

Niat Shalat Idul Adha : “Ushalli sunnatal li’iidil Adha rak’ataini (imamam/makmumam) lillahita’aalaa”. Artinya : “Aku niat shalat idul adha dua rakaat (imam/makmum) karena Allah”.

Waktu shalat hari raya adalah setelah terbit matahari sampai condongnya matahari. Syarat, rukun dan sunnatnya sama seperti shalat yang lainnya. Hanya ditambah beberapa sunnat sebagai berikut :
a) Berjamaah
b) Takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan lima kali pada rakat kedua
c) Mengangkat tangan setinggi bahu pada setiap takbir
d) Setelah takbir yang kedua sampai takbir yang terakhir membaca tasbih
e) Membaca surat Qaf dirakaat pertama dan surat Al Qomar di rakaat kedua. Atau surat A’la dirakat pertama dan surat Al Ghasiyah pada rakaat kedua
f) Imam menyaringkan bacaannya
g) Khutbah dua kali setelah shalat sebagaimana khutbah jum’at
h) Pada khutbah Idul Fitri memaparkan tentang zakat fitrah dan pada Idul Adha tentang hukum – hukum Qurban
i) Mandi, berhias, memakai pakaian sebaik-baiknya
j) Makan terlebih dahulu pada shalat Idul Fitri pada Shalat Idul Adha sebaliknya

14. Shalat Khusuf, adalah shalat sunat sewaktu terjadi gerhana bulan atau matahari. Minimal dua rakaat. Cara mengerjakannya :
a) Shalat dua rakaat dengan 4 kali ruku’ yaitu pada rakaat pertama, setelah ruku’ dan I’tidal membaca fatihah lagi kemudian ruku’ dan I’tidal kembali setelah itu sujud sebagaimana biasa. Begitu pula pada rakaat kedua.
b) Disunatkan membaca surat yang panjang, sedang membacanya pada waktu gerhana bulan harus nyaring sedangkan pada gerhana matahari sebaliknya.

Niat shalat gerhana bulan : “Ushalli sunnatal khusuufi rak’ataini  lillahita’aalaa”. Artinya : “Aku niat shalat gerhana bulan  dua rakaat  karena Allah”

15. Shalat Istiqa’,adalah shalat sunat yang dikerjakan untuk memohon hujan kepada Allah SWT. Niatnya “Ushalli sunnatal Istisqaa-I rak’ataini (imamam/makmumam) lillahita’aalaa”. Artinya : “Aku niat shalat istisqaa dua rakaat (imam/makmum) karena Allah”.

Syarat-syarat mengerjakana Shalat Istisqa :
a) Tiga hari sebelumnya agar ulama memerintahkan umatnya bertaobat dengan berpusa dan meninggalkan segala kedzaliman serta menganjurkan beramal shaleh. Sebab menumpuknya dosa itu mengakibatkan hilangnya rejeki dan datangnya murka Allah. “Apabila kami hendak membinasakan suatu negeri, maka lebih dulu kami perbanyak orang-orang yang fasik, sebab kefasikannyalah mereka disiksa, lalu kami robohkan (hancurkan) negeri mereka sehancur-hancurnya”(Q.S. Al Isra’ : 16).
b) Pada hari keempat semua penduduk termasuk yang lemah dianjurkan pergi kelapangan dengan pakaian sederana dan tanpa wangi-wangian untuk shalat Istisqa’.
c) Usai shalat diadakan khutbah dua kali. Pada khutbah pertama hendaknya membaca istigfar 9 X dan pada khutbah kedua 7 X.
d) Pelaksanaan khutbah istisqa berbeda dengan khutbah lainnya, yaitu:
– Khatib disunatkan memakai selendang.
– Isi khutbah menganjurkan banyak beristigfar, dan berkeyakinan bahwa Allah SWT akan mengabulkan permintaan mereka.
– Saat berdo’a hendaknya mengangkat tangan setinggi-tingginya.
– Saat berdo’a pada khutbah kedua, khatib hendaknya menghadap kiblat membelakangi makmumnya.

(Source: Unknown)


Rahasia Gerakan Shalat

Suatu ketika Rasulullah SAW berada di dalam Masjid Nabawi, Madinah. Selepas menunaikan shalat, beliau menghadap para sahabat untuk bersilaturahmi dan memberikan tausiyah. Tiba-tiba, masuklah seorang pria ke dalam masjid, lalu melaksanakan shalat dengan cepat.

Setelah selesai, ia segera menghadap Rasulullah SAW dan mengucapkan salam. Rasul berkata pada pria itu, “Sahabatku, engkau tadi belum shalat!”

Betapa kagetnya orang itu mendengar perkataan Rasulullah SAW. Ia pun kembali ke tempat shalat dan mengulangi shalatnya. Seperti sebelumnya ia melaksanakan shalat dengan sangat cepat. Rasulullah SAW tersenyum melihat “gaya” shalat seperti itu.

Setelah melaksanakan shalat untuk kedua kalinya, ia kembali mendatangi Rasulullah SAW. Begitu dekat, beliau berkata pada pria itu, “Sahabatku, tolong ulangi lagi shalatmu! Engkau tadi belum shalat.”

Lagi-lagi orang itu merasa kaget. Ia merasa telah melaksanakan shalat sesuai aturan. Meski demikian, dengan senang hati ia menuruti perintah
Rasulullah SAW. Tentunya dengan gaya shalat yang sama.

Namun seperti “biasanya”, Rasulullah SAW menyuruh orang itu mengulangi shalatnya kembali. Karena bingung, ia pun berkata, “Wahai Rasulullah, demi Allah yang telah mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak bisa melaksanakan shalat dengan lebih baik lagi. Karena itu, ajarilah aku!”

“Sahabatku,” kata Rasulullah SAW dengan tersenyum, “Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah, kemudian bacalah Al-Fatihah dan surat dalam Alquran yang engkau pandang paling mudah. Lalu, rukuklah dengan tenang (thuma’ninah), lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak. Selepas itu, sujudlah dengan tenang, kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang. Lakukanlah seperti itu
pada setiap shalatmu.”

Kisah dari Mahmud bin Rabi’ Al Anshari dan diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahih-nya ini memberikan gambaran bahwa shalat tidak cukup
sekadar “benar” gerakannya saja, tapi juga harus dilakukan dengan tumaninah, tenang, dan khusyuk.

Kekhusukan ruhani akan sulit tercapai, bila fisiknya tidak khusyuk. Dalam arti dilakukan dengan cepat dan terburu-buru. Sebab, dengan terlalu cepat, seseorang akan sulit menghayati setiap bacaan, tata gerak tubuh menjadi tidak sempurna, dan jalinan komunikasi dengan Allah menjadi kurang optimal. Bila hal ini dilakukan terus menerus, maka fungsi shalat sebagai pencegah perbuatan keji dan munkar akan kehilangan makna. Karena itu, sangat beralasan bila Rasulullah SAW mengganggap “tidak shalat” orang yang melakukan shalat dengan cepat (tidak tumaninah).

Hikmah gerakan shalat

Sebelum menyentuh makna bacaan shalat yang luar biasa, termasuk juga aspek “olah rohani” yang dapat melahirkan ketenangan jiwa, atau “jalinan komunikasi” antara hamba dengan Tuhannya, secara fisik shalat pun mengandung banyak keajaiban.

Setiap gerakan shalat yang dicontohkan Rasulullah SAW sarat akan hikmah dan bermanfaat bagi kesehatan. Syaratnya, semua gerak tersebut dilakukan dengan benar, tumaninah serta istikamah (konsisten dilakukan).

Dalam buku Mukjizat Gerakan Shalat, Madyo Wratsongko MBA. mengungkapkan bahwa gerakan shalat dapat melenturkan urat syaraf dan mengaktifkan sistem keringat dan sistem pemanas tubuh. Selain itu juga membuka pintu oksigen ke otak, mengeluarkan muatan listrik negatif dari tubuh, membiasakan pembuluh darah halus di otak mendapatkan tekanan tinggi, serta membuka pembuluh darah di bagian dalam tubuh (arteri jantung).

Kita dapat menganalisis kebenaran sabda Rasulullah SAW dalam kisah di awal. “Jika engkau berdiri untuk melaksanakan shalat, maka bertakbirlah.”

Saat takbir Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya ke atas hingga sejajar dengan bahu-bahunya (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar). Takbir ini dilakukan ketika hendak rukuk, dan ketika bangkit dari rukuk.

Beliau pun mengangkat kedua tangannya ketika sujud. Apa maknanya? Pada saat kita mengangkat tangan sejajar bahu, maka otomatis kita membuka dada, memberikan aliran darah dari pembuluh balik yang terdapat di lengan untuk dialirkan ke bagian otak pengatur keseimbangan tubuh, membuka mata dan telinga kita, sehingga keseimbangan tubuh terjaga.

“Rukuklah dengan tenang (tumaninah).” Ketika rukuk, Rasulullah SAW meletakkan kedua telapak tangan di atas lutut (HR Bukhari dari Sa’ad bin Abi Waqqash). Apa maknanya? Rukuk yang dilakukan dengan tenang dan maksimal, dapat merawat kelenturan tulang belakang yang berisi sumsum tulang belakang (sebagai syaraf sentral manusia) beserta aliran darahnya. Rukuk pun dapat memelihara kelenturan tuas sistem keringat yang terdapat di pungggung, pinggang, paha dan betis belakang. Demikian pula tulang leher, tengkuk dan saluran syaraf memori dapat terjaga kelenturannya dengan rukuk. Kelenturan syaraf memori dapat dijaga dengan mengangkat kepala secara maksimal dengan mata mengharap ke tempat sujud.

“Lalu bangunlah hingga engkau berdiri tegak.” Apa maknanya? Saat berdiri dari dengan mengangkat tangan, darah dari kepala akan turun ke bawah, sehingga bagian pangkal otak yang mengatur keseimbangan berkurang tekanan darahnya. Hal ini dapat menjaga syaraf keseimbangan tubuh dan berguna mencegah pingsan secara tiba-tiba.

“Selepas itu, sujudlah dengan tenang.” Apa maknanya? Bila dilakukan dengan benar dan lama, sujud dapat memaksimalkan aliran darah dan oksigen ke otak atau kepala, termasuk pula ke mata, telinga, leher, dan pundak, serta hati. Cara seperti ini efektif untuk membongkar sumbatan pembuluh darah di jantung, sehingga resiko terkena jantung koroner dapat diminimalisasi.

“Kemudian bangunlah hingga engkau duduk dengan tenang.” Apa maknanya? Cara duduk di antara dua sujud dapat menyeimbangkan sistem elektrik serta syaraf keseimbangan tubuh kita. Selain dapat menjaga kelenturan syaraf di bagian paha dalam, cekungan lutut, cekungan betis, sampai jari-jari kaki. Subhanallah!

Masih ada gerakan-gerakan shalat lainnya yang pasti memiliki segudang keutamaan, termasuk keutamaan wudhu. Semua ini memperlihatkan bahwa shalat adalah anugerah terindah dari Allah bagi hamba beriman. Wallaahu a’lam.

(Source from here)